Minggu, 18 September 2016

Jumat, 02 September 2016

Sinopsis Novel " Matahari"

 
Namanya Ali, 15 tahun, kelas X. Jika saja orangtuanya mengizinkan, seharusnya dia sudah duduk di tingkat akhir ilmu fisika program doktor universitas ternama. Ali tidak menyukai sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semuanya membosankan baginya.
Tapi sejak dia mengetahui ada yang aneh pada diriku dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan berubah seru. Aku bisa menghilang, dan Seli bisa mengeluarkan petir.
Ali sendiri punya rahasia kecil. Dia bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke tempat-tempat menakjubkan.
Namanya Ali. Dia tahu sejak dulu dunia ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan di atas segalanya, dia akhirnya tahu persahabatan adalah hal yang paling utama.


Buku ketiga dari seri Bumi ini masih menceritakan petualangan Raib, Seli dan Ali. Kali ini mereka bertiga di Klan Bintang, klan yang dianggap hanya legenda, tapi di tangan si genius Ali mereka bertiga bisa menemukan posisi klan terjauh itu.
Mereka pergi ke Klan Bintang menggunakan kapsul perak bernama ILY buatan Ali melalui lorong kuno, tidak menggunakan Buku Kehidupan milik Raib, karena di awal cerita Av dan Miss Selena melarangnya untuk membuka portal menggunakan Buku Kehidupan.
Di pintu lorong kuno mereka sudah disambut dengan ‘penjaga’ yang akhirnya berhasil mereka kalahkan dengan susah payah. Belum lagi di pos terluar Klan Bintang, juga di padang kristal. Ketika di padang kristal, ketika sedang bertarung dan sudah terjepit mereka ditolong oleh empat orang asing yang pada akhirnya membawa mereka menuju Klan Bintang dan bertemu dengan Faar, keturunan Klan Bulan yang tinggal di Klan Bintang.
Awalnya mereka pikir petualangan ini akan semenyenangkan apa yang dipikirkan. Namun setelah bertemu dengan Faar dan orang-orang di Klan Bintang, mereka tahu jika Klan Bintang tidak sedamai dan seindah apa yang terlihat, dengan teknologinya yang super canggih. Semakin lama mereka semakin tahu apa yang terjadi pada klan ini, apa yang  mengatur mereka, dan apa yang mereka rencanakan untuk masa depan.

“Hidup ini adalah petualangan. Semua orang memiliki petualangannya masing-masing, maka jadilah seorang petualang yang melakukan hal terbaik.”

Sebenarnya saya baru kemarin membaca Bulan dan langsung membaca Matahari tanpa jeda. Terlalu seru!
Matahari dibuka dengan Ali yang tiba-tiba berubah menjadi sosok idola baru di sekolah, menjadi pemain basket andalan, sampai-sampai tim basket sekolah yang tahun-tahun sebelumnya hanya mampu masuk penyisihan tahun ini masuk final karena ada Ali! Tidak tahu apa yang membuatnya berubah sedrastis itu.
Meskipun begitu, Ali tetap Ali yang rasa ingin tahunya kuat. Memang sih anak-anak genius itu serupa, rasa ingin tahunya di atas rata-rata, tidak puas dengan apa yang sudah dicapai. Dan Ali pun di sini membuat kapsulnya sendiri yang diberinama ILY, yang bisa terbang, yang bisa mengeluarkan listrik, yang bisa menghilang! Dengan mempelajari buku-buku dari Klan Bulan dan Klan Matahari pemberian Av. Tetapi menggabungkan teknologi dari kedua klan adalah sesuatu yang luar biasa. Setelah Ily tewas dalam pertempuran di Klan Matahari, Ali seolah menghidupkan kembali Ily dengan versi yang lebih canggih. Kan baper 😭

“Kenapa kamu memberinya nama ILY?” Seli bertanya saat kami sudah ada di basement.
“Satu, untuk mengenangnya....” Ali diam sejenak, mengusap rambut berantakannya. “Dua, kapsul perak ini dibuat agar sama bisa diandalkannya seperti Ily, teman yang setia. Kapsul perak ini juga petarung yang hebat, bisa membela kita dari posisi sulit, seperti yang dilakukan Ily. Tetapi hanya satu yang tidak dimilikinya seperti Ily...”
Ali terdiam sejanak.
Aku dan Seli menatap Ali. Kami menunggu penjelasan selanjutnya.
Ali nyengir lebar. “Kapsul ini tidak secerewet Ily. Dia tidak akan menyuruh kita menyuruh kita bergegas, meneriaki agar kita semangat, atau galak membangunkan kita saat masih lelap, melarang ini, melarang itu. Kapsul ini lebih pendiam. Tapi di atas semua itu, aku memutuskan memberikan nama ILY karena itu adalah nama seseorang yang telah mengorbankan hidupnya demi kita semua. ILY, namanya, akan terus menemani kita bertualang.”

Sebenarnya di buku ketiga ini saya bener-bener geregetan pada Ali. Dimulai ketika ia berubah menjadi pemain basket andalan–yang menurut saya super keren–tapi sosoknya keras kepala. Jika tidak didesak terus menerus oleh Ali mungkin mereka bertiga tidak akan bertualang ke Klan Bintang dan akhirnya terjebak di sana. Tapi jika tidak begitu cerita ini tidak akan ada mungkin. 😅 Banyak kata-kata motivasi dari Ali yang ditujukan untuk Raib maupun Seli, tapi itu juga sepertinya berlaku untuk saya sendiri.
Raib yang merupakan pewaris murni Klan Bulan semakin lama semakin tangguh. Kekuatannya berkembang pesat. Seli pun sudah bisa menggunakan petir biru dan mengasah kekuatan kinetiknya lagi. Seli yang terlihat lebih lemah dari Raib, tapi jika sudah mengamuk saya rasa kekuatannya melebihi kekuatan Raib. Di sini dia agak penakut. Tapi saya maklum(?), siapa juga yang berani keluar dari kapsul jika sebelumnya mereka menghadapi ratusan ular raksasa mengerikan? Ali seperti biasa, kekuatannya muncul jika sudah terdesak dan mengamuk. Tapi kali ini kakuatannya berkali-kali lipat.
Ketika membaca Bulan saya kira sudut pandangnya juga akan berubah atau pusat ceritanya yang akan berubah jika dilihat dari sinopsis, tapi ternyata di buku kedua masih menggunakan sudut pandang Raib. Begitu pula di buku ketiga ini. Cerita ini masih menggunakan sudut pandang Raib, hanya saja di awal-awal porsi cerita Ali sedikit lebih banyak. Kan saya makin geregeta.😆
Tokoh favorit saya dari buku pertama memang Ali, tapi karena porsi ceritanya yang sedikit jadi saya kurang bisa mendalami karakter Ali, kecuali kegeniusannya. Dan di buku ini saya senang karena karakter Ali lebih banyak diekspos dari pada di buku-buku sebelumnya. Saya juga sedikit terganggu dengan panggilan Raib pada Ali yang terus-menerus menyebutnya ‘si biang kerok’, tapi itu tidak jadi masalah besar untuk menghentikan saya bertualang bersama mereka :v mungkin itu panggilan sayang Raib ke Ali (Siapa di sini yang menjodohkan Raib dan Seli angkat tangan! Oke, saya kurang kerjaan 😃).
Saya suka gaya penulisan Tere Liye di semua bukunya. Apa yang kita baca terasa ringan tapi dalam. Setiap kata-katanya juga selalu mmebuat saya penasaran. Seperti di akhir bab, penulis sering menulis seperti, “kukira semuanya baik-baik saja, tapi aku tidak tahu jika selanjutnya tidak akan semudah ini”, dan jika sudah menemukan kata-kata semacam itu saya tidak bisa berhenti di situ saja, tidak sabar dengan apa yang dimaksud dan langsung membaca bab selanjutnya.
Masalah typo di buku ini agak banyak. Dan itu adalah masalah utama saya. Beberapa kali saya tersendat ketika menemukan typo. Tapi karena petualangan ketiga sahabat ini terlalu seru dari pada typo, akhirnya tanpa pikir panjang saya lanjutkan!
Sumber : http://fabellastory.blogspot.co.id/2016/07/review-matahari-tere-liye.html

Sinopsis Novel " Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"


Judul : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 264 halaman

Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.
Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekalipun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan. Bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.
Sekarang ketika aku tahu dia boleh jadi tak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.
Tania tak pernah berencana untuk jatuh cinta dengan malaikat penolongnya. Dia tak pernah membayangkan akan memiliki kehidupan yang baik, dia bahkan tak pernah bermimpi bahwa suatu saat dia akan mampu menginjakkan kakinya bahkan bersekolah di Singapura, tapi semuanya berubah sejak pertemuannya dengan malaikat itu. Oom Danar, itulah panggilan yang dia dan adiknya berikan dulu, saat pertama kali mereka bertemu. Saat dirinya hanyalah gadis kecil berkepang dua, yang kakinya tertusuk paku payung saat mengamen di atas bus tanpa alas kaki. Seseorang itu telah sempurna mengubah hidupnya.
Lalu apakah salah ketika perlahan-lahan seiring berjalannya waktu mulai muncul perasaan aneh di dalam hatinya? Dari timbulnya perasaan senang saat Danar memujinya sebagai gadis yang cerdas, munculnya perasaan cemburu saat Kak Ratna -pacar Oom Danar- tiba-tiba mengambil alih posisinya, perasaan rindu saat dia harus melanjutkan studinya di Singapura. Bukankah wajar bagi seseorang untuk mengagumi orang yang telah berjasa banyak dalam hidupnya? Apalagi jika kau mendapati orang tersebut sebagai orang yang menyenangkan, memiliki senyum hangat yang menentramkan dan tatapan teduh yang penuh dengan kasih sayang. Apa salah bagi Tania untuk jatuh cinta kepada orang yang telah menemani, menguatkan, menghiburnya, disaat Ibunya tiba-tiba meninggalkan mereka tepat disaat mereka berpikir bahwa kehidupan mereka mulai membaik? Tania tak pernah meminta untuk dibuat jatuh cinta kepada malaikatnya. Hal itu terjadi begitu saja. Apakah salah baginya untuk mencintai seseorang?
Buncah melingkupi hati Tania saat Oom Danar nya memberikan liontin dengan inisial T dengan ukiran bunga linden sebagai kado ulang tahun ke-17 nya. Hal itu semakin memupuk harapan bahwa Oom Danar juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Tapi semua khayalan itu hancur berkeping-keping ketika tiba-tiba Kak Ratna mengumumkan rencana pernikahannya dengan sang malaikat.
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Itu yang pernah diucapkan Danar dulu. Tapi ungkapan itu pula lah yang membuatnya merasa sangat sedih ketika akhirnya dia memahami makna dari kalimat tersebut. Dia ingin mengakui perasaannya kepada malaikat penolongnya. Tapi disaat bersamaan, dia tak mau menghancurkan kehidupan orang baik itu. Dia hanya bisa mencoba berdamai dengan dirinya sendiri. Meskipun hal itu sedikit banyak merubah dirinya, merubah sifat dan tabiatnya. Mengubahnya menjadi Tania yang tidak menyenangkan.
Lalu, apa yang harus dirasakan Tania ketika satu persatu potongan teka-teki itu terkuak? Apa yang harus dilakukannya saat dia akhirnya mengetahui rahasia besar yang telah lama disimpan malaikat penolongnya? Rahasia yang keberadaannya telah banyak menyakiti orang-orang yang terlibat di dalamnya? Apa yang harus dilakukannya terhadap sang malaikatnya?
===========================================
Oke, cukup dengan serius-seriusannya. Mau cerita pengalaman pas baca buku ini. Boleh?
Sebenernya mau beli nih buku udah dari lama. Tapi sayangnya, setiap ke toko buku, selalu ada buku lain yang lebih menarik buat dibeli. Jadiii. . .yah gitu.
Gaya penulisannya. . kalo saya pribadi sih sebenernya emang lebih suka novel yang bahasanya kayak gini. Apalagi disini kita seperti diposisikan sebagai Tania yang sedang mem-flashback memori masa lalunya sama Oom malaikat. And, the present Tania tell us all those story only in an hour and 17 minutes. Hmmm. .. keren banget kan? Gue bisa banget ngebayangin toko buku yang diceritain disini. Feel-nya nyampe banget lah sama pembaca. Tapi entah kenapa, saya butuh waktu sebulan lebih buat nyelesein baca novel yang satu ini. Dan setelah kelar baca, saya baru sadar. Novel ini kan ceritanya sedih banget yak? Dan otak saya gak terlalu suka memproses segala sesuatu yang menyedihkan. Jadi, pas baca kemaren tiap baru baca dikit trus kira-kira lanjutannya sedih, udahan. Gak kuat broooh. Menata hati dulu, baru dilanjutin. Terlalu menguras emosi. Bikin review gini aja keriput di dahi saya udah nambah beberapa garis.
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.
Kalo kata Oom Danar sih gitu. Dan setelah saya pikir-pikir, kita hidup memang seperti selembar daun. Daun yang menempel pada sebatang ranting, atau cabang pohon. Ketika angin bertiup sekencang apapun, daun tidak akan jatuh ketika memang belum saatnya dia untuk jatuh. Namun ketika sang daun memang sudah seharusnya jatuh, bisikan lembut angin pun mampu membuatnya jatuh. Lalu, apa yang harus diperbuat daun? Tidak ada. Dia hanya bisa membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Gak mungkin kan daun pergi ke toko alat tulis, beli lem, merangkak ke atas pohon dan meminta dirinya untuk ditempel lagi di dahannya?
Sama seperti kita. Dalam hidup terkadang kita menemui takdir "kurang menyenangkan", yang memang tidak bisa kita ubah. Dan hal yang bisa kita lakukan hanyalah ikhlas dan menjalani apa yang memang sudah digariskan untuk kita. What can we do anyway? Bukan meminta kita untuk sepenuhnya pasrah sama apapun yang terjadi di hidup kita sih. Tapi, ketika kita sudah melakukan segala usaha yang kita bisa dan ternyata hasilnya tak berubah? Mau gimana lagi? Mau protes sama Allah? Enggak kan? Ikhlas. Meskipun terkadang susah..


Sumber :  http://crayonmerahjambu.blogspot.co.id/2014/09/review-daun-yang-jatuh-tak-pernah.html

Kamis, 01 September 2016

Sinopsis Novel "Rindu"

RINDU; Sebuah novel yang ditulis oleh Darwis Tere Liye pada bulan Oktober 2014. Buku setebal 544 halaman menceritakan tentang perjalanan sebuah kapal pengangkut jamaah haji dari Hindia Belanda (Indonesia) pada akhir tahun 1938. Kapal Uap itu bernama BLITAR HOLLAND. Perjalanan kapal selama berbulan-bulan ini dimulai dari Makasar – Surabaya – Semarang – Batavia (Jakarta) – Lampung – Bengkulu – Padang – dan Aceh. Kemudian singgah di Kolombo (Sri Lanka) – Jeddah – dan Rotterdam.
Novel Rindu karya Tere Liye
Novel Rindu karya Tere Liye
Novel yang hampir keseluruhan menceritakan kehidupan selama berbulan-bulan di kapal untuk berangkat haji. Di dalam novel ini terdapat beberapa sosok yang cukup mencolok. Sosok utama tentu ulama dari Sulawesi yang bernama Ahmad Karaeng, sosok yang dipanggil dengan sebutan Gurutta (Guru kita). Sosok yang disegani seluruh masyakarat Makasar, dan hampir sebagian besar penumpang kapal. Selain itu juga tersemat sosok saudagar kaya yang bernama Daeng Andipati, seorang pengusaha kaya yang mempunyai dua anak perempuan kecil; Elsa dan Anna. Tentu saja ditambah dengan sosok pelaut nan tangguh Ambo Uleng.

Alur cerita sangat menarik. Dimulai dari permasalahan Gurutta  yang tidak diperbolehkan menaiki kapal oleh serdadu Belanda, dibatasi saat mengajar ngaji di atas kapal, dan masih permasalahan yang kompleks dengan serdadu Belanda. Ada sosok-sosok yang tidak boleh dilupakan dalam kapal. Antara lain; Kapten Phillips (Kapten Kapal), Ruben (Kelasi), Chef Lars (Koki), Pak Mangoenkoesoemo (guru selama di kapal), Bonda Upe (Guru ngaji anak-anak selama di kapal). Selain itu, masih banyak sosok yang diceritakan dengan permasalahan masing-masing.

Pada perjalanan menuju Mekah ini, ada lima pertanyaan mendasar yang ditanyakan oleh para penumpang. Keempat pertanyaan itu dijawab dengan baik oleh Gurutta. Keempat pertanyaan tersebut ; “Aku adalah mantan Cabo (pelacur), apa mungkin Allah mengijinkan aku untuk menginjakkan kaki di Tanah Suci” (Pertanyaan dari Bonda Upe). “Apa itu kebahagiaan sejati?” (Pertanyaan dari Ruben). “Bagaimana caranya agar aku bisa menghapus kebencian yang sudah bertahun-tahun ada dalam diriku?” (Pertanyaan dari Daeng Andipati). “Kami saling mencintai, namun orangtuanya malah menjodohkan dengan orang lain. Menganggap aku tidak punya derajat yang sama, aku yang menolong dia saat kapal kami tenggelam. Aku yang tahu semua tentang dia, kenapa harus seperti ini? Kenapa kami tidak bisa bersatu?” (Pertanyaan dari Ambo Uleng). Pertanyaan terakhir adalah tentang rasa takut dan cemas, tentang sebuah trauma yang tidak berujung. Pertanyaan ini dilontarkan oleh Gurutta; dan pada saat itu, orang yang bisa menjawab dengan mantap adalah Ambo Uleng.

Aroma konflik juga tersaji di dalam cerita ini, konflik yang mendasar adalah saat Serdadu Belanda membongkar kamar Gurutta dan menyita sebuah buku hasil tulisannya yang berjudul “KEMERDEKAAN ADALAH HAK SEGALA BANGSA”. Kemudian dipadukan dengan sebuah percintaan sejati antara Mbah Kakung & Mbah Putri; yang sama-sama meninggal di atas kapal, dan disemayamkan di tengah-tengah samudra Hindia. Ada juga konflik saat kapal ini berusaha diambil alih perompak Somalia.

Beberapa kutipan yang ada di buku ini;

Jika kau ingin menulis satu paragraph yang baik kau harus membaca satu buku. Maka jika di dalam tulisan itu ada beratus-ratus paragraph, sebanyak itulah buku yang harus kamu baca –hal 196-197.”

Bagaimana ia menulis sebuah buku yang membuat jutaan pembaca tergerak hatinya, jika ia sendiri tidak tergerak? Bagaimana ia bicara tentang perlawanan, tapi ia sendiri adalah pelaku yang paling pengecut? – hal 233.”

Lawanlah kemungkaran dengan tiga hal; dengan tanganku, dengan lisanmu, atau dengan benci di dalam hati. Itu sesungguhnya selemah-lemahnya iman – hal 532-533.”

Banyak cerita yang mengalir dalam buku ini; ada rasa haru, sedih, lucu, tegang, dan menyenangkan. Cerita yang tidak akan bosan bagi kita yang membacanya. Sebuah kisah yang jarang orang ekspos tentang perjalanan sebuah kapal yang ditumpangi oleh calon haji dari Hindia Belanda (Indonesia).
 
 
 
Sumber :  http://www.nasirullahsitam.com/2015/06/review-buku-rindu-tere-liye.html

Sinopsis Novel "Hujan"

12301695-1053620601355174.jpg
Judul: Hujan
Penulis: Tere Liye
Penerbit: GPU, Januari 2016
Tebal: 320 halaman
ISBN 978-602-03-2478-4
****
Banyak kejadian-kejadian penting yang telah terjadi dalam kehidupan ini. Dengan berjuta rasa bahagia, haru, kecewa, dan semua rasa berpadu menyatu. Kejadian-kejadian itu tak ubahnya seperti musim-musim yang terus berganti bergiliran. Satu contoh adalah musim hujan. Saat tetesan air hujan berguguran ke bumi banyak kejadian yang telah terjadi. Seperti yang dialami oleh Lail, gadis berusia 21 tahun sang tokoh utama dalam novel ini.

Novel ini berkisah tentang Lail yang begitu menyukai hujan, dan telah banyak kejadian penting yang ia alami ketika hujan turun. Seperti saat ia diselamatkan oleh Esok, laki-laki yang berusia tiga tahun di atasnya. Ketika itu mereka masih beranjak remaja. Namun kejadian mengerikan telah mereka alami. Kejadian yang membuat Lail harus kehilangan kedua orang tuanya, dan Esok yang kehilangan keempat kakak lelakinya.

Novel ini dibuka dengan seorang paramedis senior yang tengah menangani gadis berusia 21 tahun yang duduk di sofa hijau di depannya. Gadis itu adalah pasiennya, bernama Lail. Gadis berusia 21 tahun ini ingin menghilangkan sesuatu dalam kehidupannya dan melupakannya. Sesuatu yang penting dalam hidupnya. Sesuatu yang menyimpan banyak kenangan yang seharusnya ia kenang. Sesuatu itu bernama hujan.

Dalam novel ini pembaca menemukan banyak gambaran kehidupan, menurut perhitungan saya terjadi 24 tahun yang akan datang, di mana teknologi-teknologi canggih diciptakan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah tablet setipis kertas HVS. Mobil terbang juga ada. Pokoknya, sesuatu yang baru terbayangkan, atau bahkan mungkin belum pernah terbayangkan dalam pikiran, sudah ada pada zaman mereka.
Namun, secanggih apa pun mesin, tidak akan bisa menggambarkan perasaan seseorang.

“Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakan rasa sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta.”

Novel ini menyajikan berbagai rasa di dalamnya bagi para pembacanya. Haru, bahagia, keromantisan, sedih, kelucuan yang membuat terpingkal, bahkan banyak inspirasi bertebaran di setiap ceritanya. Karena tidak usah diragukan lagi siapa penulisnya. Tere Liye. Penulis berjuta rasa, menurut saya.
Tokoh-tokoh lain di novel ini cukup banyak. Tapi yang begitu melekat di hati saya itu tokoh bernama Maryam. Sahabat sekaligus teman sekamar Lail dipanti sosial, tempat mereka tinggal, yang memiliki selera humor tinggi. Bahkan, di situasi apa pun dia masih sempat-sempatnya melucu. Seperti di mana bagian saya terharu membaca novel ini, tapi sekejap berubah tawa karena ulah Maryam.
“Apakah kamu bisa terbang?”

“Tentu saja, Nona. Semua mobil keluaran terbaru memiliki fitur itu.”

“Bagus. Aku ingin mobil ini terbang menuju hotel.” Maryam tertawa senang.

“Aku minta maaf, Nona. Protokol keselamatan penumpang melarang taksi untuk terbang. Kecuali dalam kondisi darurat. Misalnya, penumpang hendak melahirkan.”

“Anggap saja darurat! Ayo terbang sekarang.”

“Aku minta maaf, Nona. Aku tidak mendeteksi adanya kondisi darurat.”

“Ini darurat, Mobil! Lihat, aku memegang Lisensi Kelas A Sistem Transportasi. Aku bisa menyuruhmu terbang,” Maryam memaksa.

“Aku minta maaf, Nona. Apakah Nona hendak melahirkan?”

Itu adalah penggalan kelucuan Maryam dengan mobil taksi pintar yang membuatnya jengkel. Masih banyak kelucuan Maryam yang lebih lucu. Selain itu, Maryam adalah sosok penuh semangat dengan kutipan-kutipan bijaknya, yang terkadang dijadiknnya senjata untuk menggoda Lail.

“Kamu tahu, Lail, tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar. Tidak ada kepastian juga adalah kepastian, yaitu kepastian tidak ada kepastian.”
Maryam ini sosok yang sering menghibur Lail dikala ia merindukan Esok. Tapi Maryam juga sering dibuat kerepotan karena Lail sering menghilang dan meninggalkannya, demi jalan-jalan dengan sepeda merah bersama Esok.


Lalu kenapa novel ini berjudul Hujan?
Selain karena banyak kejadian yang terjadi dalam kehidupan Lail yang bertepatan dengan hujan, juga karena novel ini menceritakan perubahan iklim dunia. Yang puncaknya terjadi musim panas ekstrem dengan suhu yang terus naik dengan signifikan. Tidak ada awan, dan tiada lagi hujan. Dan untuk mengatasinya, Esok alias Soke Bahtera, sang ilmuwan muda, ikut membantu dalam sebuah proyek rahasia untuk menciptakan sebuah benda yang gunanya untuk menyelamatkan manusia dari kepunahan, yang membuatnya jarang bertemu dengan Lail, dan juga yang membuat mereka jarang mengunjungi lubang yang menjadi tempat awal pertemuan mereka.
Membaca novel ini seperti sedang membaca buku yang membahas tentang Global Warming. Menggambarkan betapa parahnya keadaan yang diakibatkan kerusakan dari manusia itu sendiri, dan berimbas kepada kehidupan mereka. Tapi tetap tidak membosankan, karena pembahasan tentang isu ini dikemas bersamaan dengan kisah Lail dan Esok yang membuat iri sekaligus terharu.
Novel ini begitu berkesan dengan tokoh-tokoh lain yang tak kalah penting. Jadi, bagi kalian yang ingin membaca sebuah novel yang bagus, dan novel yang menceritakan tentang persahabatan, cinta, perpisahan, hujan, dan tentang melupakan, novel ini saya rekomendasikan untuk kalian baca.
“Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian.” (hal. 256)
“Ada banyak hal yang bisa saling dipahami oleh dua orang sahabat sejati tanpa harus berbicara apa pun.” (Hal. 271)
“Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.” (Hal. 308)
“Bukan seberapa lama umat manusia bisa bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal yang menyakitkan yang mereka alami.” (Hal. 317)


Sumber :  http://littlepaper.mywapblog.com/review-novel-hujan-tere-liye.xhtml

Sinopsis Novel "Bulan"

novel bulan tere liye
Novel BULAN – Tere Liye


Ini buku ke 9 dari Tere Liye yang saya baca setelah ‘Ayahku (Bukan) Pembohong’. Judul novel ini BULAN, seri kedua dari trilogi BUMI. Di halaman terakhir buku ini sudah ditulis, buku ketiga MATAHARI akan rilis tahun 2016. Trilogi ini merupakan novel fantasi anak-anak sebenarnya. Namun gaya penceritaannya tentu saja nyastra, seperti kata bos divapress. Pilihan kata-katanya khas tere liye banget, bukan gayanya anak muda.
Pengenalan
Trilogi BUMI bercerita tentang petualangan Raib (tokoh utama) dendan dua orang temannya, Seli dan Ali ke dunia paralel: Klan Bumi, Klan Bulan dan Klan Matahari. Ketiganya berusia 15 tahun, masih kelas sepuluh SMA. Awalnya mereka tinggal di bumi seperti kebanyakan anak normal lainnya. Namun, ketika terjadi masalah di Klan Bulan, ketiganya mau tidak mau terkena imbasnya, karena sebenarnya Raib adalah putri keturunan Raja Klan Bulan yang memerintah zaman dulu. Di novel pertama, diceritakan awal mula Raib bisa menguasai kekuatannya. Gadis itu memiliki pukulan keras dan tubuhnya bisa menghilang dari satu tempat ke tempat lain. Di buku BUMI juga diceritakan bahwa sebenarnya Seli adalah gadis keturunan Klan Matahari. Mereka sengaja dipertemukan serta diatur oleh Miss Selena, guru matematika mereka sekaligus pihak dari Klan Bulan. Sementara Ali adalah manusia murni dari Klan Bumi, atau bumi yang kita tempati sekarang. Tetapi Ali bukan manusia biasa. Dia punya pertahanan khusus jika terdesak. Ali bisa berubah menjadi beruang raksasa lalu menyerang musuh. Sayangnya dia belum bisa mengendalikan kekuatannya itu. Hampir mirip kayak Hulk sih, cuma lebih kuat Hulk.
Sinopsis
Nah, sementara itu, di buku BULAN ini diceritakan petualangan Raib, Seli dan Ali di dunia Klan Matahari, tempat leluhur Seli berasal. Setibanya di sana, bersama Ily, pemuda dari akademi Klan Bulan, mereka diminta mengikuti festival pencarian bunga matahari yang mekar pertama kali selama 9 hari. Cerita perjalanan mereka dalam menemukan bunga itulah yang mengisi novel setebal 400 halaman ini. Ada rasa-rasa Hunger Games di dalamnya, juga kesan Harry Potter serta The Lord Of Ther Rings. Festival yang mereka ikuti itu telah berusia ratusan tahun. Dulunya, festival itu sangat bergengsi karena orang yang berhasil menemukan bunga matahari pertama kali akan memperoleh kekuasaan dan keinginannya terkabul. Dulu ke sembilan kontingen harus saling menyerang dan membunuh untuk mendapatkan bunga matahari itu. Namun sekarang aturannya sudah berubah, tidak boleh saling menyerang kontingen lain. Meski begitu, mereka tetap harus menghadapi berbagai macam rintangan aneh, mirip negeri dongeng, bertemu makhluk-makhluk aneh dan berbahaya, serta rintangan lain. Peta dunia Klan Matahari dapat kalian lihat di gambar berikut:
peta Klan Matahari trilogi novel BUMI tere liye
Peta Klan Matahari Novel BULAN – Tere Liye

Konflik dimulai di bab-bab terakhir, ketika Ketua Konsil, pemimpin Klan Matahari ternyata terungkap merencanakan sesuatu yang busuk. Dia hanya memanfaatkan keberadaan Raib, dkk untuk melepaskan musuh terbesar keempat dunia Klan, yaitu Si Tanpa Mahkota dari dalam penjara Bayangan di Bawah Bayangan. Di bab-bab akhir  itu juga terjadi pertarungan hebat antara pihak Raib dengan pihak Ketua Konsil yang jahat. Nah, berhasil atau tidak mereka mencegah Ketua Konsil dari usahanya melepas Si Tanpa Mahkota dapat kalian temukan di bab tersebut.
Karakter
Raib (sudut pandang orang pertama): Gadis berusia 15 tahun, sangat baik hati dan bijak. Kekuatan: pukulan keras, menghilang, menyerap cahaya (membuat gelap lingkungan), berbicara dengan alam, bicara dengan bahasa Klan Bumi dan Klan Bulan.
Seli: Gadis berusia 15 tahun. Teman karib Raib. Penakut, pesimis, penyayang. Kekuatan: petir, telekinetik, menghasilkan cahaya, dapat berbicara dengan bahasa Klan Bumi dan Klan Matahari.
Ali: Anak lelaki berusia 15 tahun. Teman mereka. Jenius, nekat, ingin tahu, pemalas. Kekuatan: berubah menjadi beruang raksasa, hanya bicara dengan Klan Bumi. Namun bisa menguasai bahasa Klan Bulan dengan cepat.
Ily: Anak lelaki berusia 17 tahun dari Klan Bulan. Ksatria dari akademi Klan Bulan. Pintar, ulet, ketahanan tinggi, strategi berperang baik. Kekuatan: mahir dalam menggunakan senjata.
Fala-tara-tana IV: Ketua Konsil Klan Matahari. Jahat. Kekuatan: petir yang sangat besar, telekinetik.
Kelebihan
Bicara soal kelebihan novel ini, tentu tidak akan jauh dari keahlian Tere Liye menerapkan nilai kebijaksanaan alam dalam ceritanya dibalut kelihaiannya meramu kata-kata. Novel ini membagikan pada kita bayangan dunia paralel yang aneh tetapi canggih. Setting yang kuat dan cerdas.
Kekurangan
| Penulis terlalu sering menggunakan kata-kata yang sama dan bagi saya agak menjenuhkan, seperti ‘terbaik’, ‘paling …’, atau ‘lebih dari cukup’. Ada beberapa kata lain juga sih, cuma saya lupa dan malas mencarinya lagi.
| Penceritaan di bab-bab awal sebenarnya asyik. Tetapi pola yang sama itu terasa seperti diulang di bab-bab berikutnya dan membuat saya bosan. Sampai bab 25 saya mesti berhari-hari membacanya.
| Dialog antara keempat tokoh, Raib, Seli, Ali dan Ily selama petualangan rawan kejanggalan. Raib dan Ali bisa bicara pada Ily menggunakan bahasa bulan. Namun keduanya tidak paham bahasa matahari. Untuk bisa memahami orang-orang dari Klan Matahari mereka mesti meminta bantuan Seli menerjemahkan. Selain itu, Seli tidak bisa bicara dengan Ily, karena Ily hanya bisa bahasa bulan, tapi entah kenapa di beberapa bagian buku ini sesekali Ily merespon apa yang dikatakan Seli. Kalau bukan merespon, saya lihat dia menunjukkan kepahaman. Aneh, bukan? Lalu ada adegan yang merusak logika cerita. Seseorang yang tinggal di dunia Klan Matahari, di suatu hutan, bertemu dengan mereka. Orang itu sampai sekarang mengira keempat anak yang ia temui adalah kontingen asli dari Klan Matahari. Padahal, mestinya ketika mereka berdialog, orang itu paham hanya dengan melihat Seli yang terus menerjemahkan kalimat pada ketiga temannya. Apa dia tidak penasaran sewaktu hanya bisa bicara pada satu dari keempat orang?


Sumber : https://reviewumami.wordpress.com/2015/05/12/review-novel-bulan-tere-liye/